02 November, 2009

Purbatisti - Purbajati ( Part 2 )

EMPAT LIMA

Teuleuman anu lima,

Cicingkeun anu opat,

Luncatkeun anu tilu,

Tangtungkeun anu hiji

Penggunaan kata ‘alaq sebagai asal penciptaan manusia dalam surat Al-’alaq ayat 2, saya ingin memahaminya dengan sebutan asam amino atau protein. Unsur-unsur pembentuk asam amino adalah sinar kosmik (inti proton), hidrogenium (H20), zat arang (karbon/C), zat pembakar (O2) dan zat lemas (N2). Orang tua kita dulu menyebutnya dengan istilah wujud, cai bali, cahya, dan hawa kemudian dikenal dengan sebutan dulur opat kalima pancer yang menyebabkan manusia memiliki sir (rahasia), budi, cipta, rasa dan driya (angen-angen/hati), sementara oleh kalangan ulama-ulama tasawuf disebutnya sebagai sirri, ruhi, nafsi, khofi dan qolbi,. Dalam konteks kekinian kelima unsur tersebut difahami dengan istilah ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan (hankam) serta politik. Sementara energi yang timbul dari kelima unsur tersebut oleh kalangan ahli hikmah disebutnya sebagai syekh kandiyas, syekh darrotul’ain, syekh abdul wahid, syekh abdus somad, dan syekh abdur rohman. Dalam pemahaman untuk mengetahui warna-warna pada jaman baheula disebutnya dengan Legi (putih), Pahing (merah), Pon (kuning), Wage (hitam) dan Kliwon (manca maya), yang jumlah bobotnya jika kita hitung adalah 33 (5+9+7+4+8).

Badan manusia adalah mikro kosmosnya alam semesta, yang merupakan organisasi layaknya sebuah negara yang memiliki penataan dengan sistem pemerintahan yang teratur. Oleh karenanya kelayakan sebuah negara itu setidak-tidaknya harus memiliki 5 perangkat yang dapat mengakomodasi kelima unsur yang ada dalam diri manusia tersebut, yaitu :

1.Perangkat yang mengendalikan sir/ekonomi

Segala aktivitas manusia yang terjadi awalnya adalah dari adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan baik materi maupun non materi (ekonomi adalah ilmu yang mempelajarinya) dan sebagai puncaknya adalah tersedianya segala apa yang diinginkan atau setidak-tidaknya memperoleh sesuatu yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Nyatanya dalam kehidupan jaman sekarang adalah diperolehnya modal/kekayaan seperti uang, saham, obligasi atau apapun bentuk serta perwujudannya yang dapat dipergunakan sebagai alat penukar termasuk didalamnya adalah keahlian dan keterampilan. Agar jalannya penggunaan modal/kekayaan tersebut berlangsung secara teratur, terhindar dari pemborosan atau penggunaan yang semaunya, mesti dikendalikan oleh perangkat yang memang konsentrasi menanganinya, termasuk di dalamnya melakukan kontrol terhadap cara-cara memperolehnya. Lebih mudahnya, untuk menempati posisi ini dibentuklah semacam Badan Pemeriksa Kekayaan/keuangan.

2.Perangkat yang mengendalikan budi/sosial

Dari adanya aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya, muncullah pola hubungan yang mengatur keseluruhan aktivitas tersebut agar masing-masing pihak dapat memenuhi kebutuhannya dan sebagai puncaknya adalah munculnya kerja sama membuat aturan main yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan formal ataupun non formal misalnya dalam bentuk norma atau hukum yang mengakui hak manusiawi. Dalam prakteknya hanya yang satu yang menjadi rebutan masing-masing pihak, yaitu hak (hak berasal dari bahasa arab pengetiannya sama dengan benar). Masing-masing mengklaim itu adalah haknya, ini haknya, masing-masing mengaku dirinya adalah yang benar, oleh karenanya perlu adanya pihak yang dapat meletakan segala sesuatu pada tempatnya. Nilai keadilan dan konsistensi terhadap kesepakatan yang akan diuji disini, dan lebih mudahnya untuk melakukan tugas ini dibentuklah sebuah mahkamah atau peradilan.

3.Perangkat yang mengendalikan cipta/budaya

Bervariasinya cara-cara manusia dalam memenuhi kebutuhan berdampak pada beragamnya produk-produk hasil cipta manusia sebagai wujud dari nafsu-nafsu manusia itu sendiri, tidak hanya yang bersifat materi tapi juga non materi untuk wilayah kemungkinan yang hampir tidak terbatas dalam skala ukuran cipta manusia. Betapa semrawutnya andaikata semua ini tidak diakomodir dengan baik, tidak disikapi dengan pemahaman beda itu adalah satu, ragam itu adalah satu. Dalam hal ini perlunya lembaga yang mengakui terhadap segala kalangan, segala kepentingan, segala latar belakang, segala norma kebiasaan, segala keberadaan, sebesar dan sekecil apapun dengan menempatkan perwakilannya dengan jumlah dan komposisi yang wajar dan representatif serta beroreantasi pada persatuan dan untuk keseluruhan.

4.Perangkat yang mengendalikan rasa/hankam

Setiap yang mewujud asalnya dari rasa. Secantik apapun metode yang digunakan, selengkap apapun peralatan yang disediakan andaikata rasa tidak terkendali, terutama dari rasa takut dan duka cita, akan hilang kepercayaan pada diri sendiri, akan buyar segala konsentrasi, akan lenyap segala kekuatan yang dimiliki dan akhirnya akan hancur segala yang direncanakan. Cermati, dirasa-rasa dengan pertimbangan rasa yang sejati dipandu oleh hikmat kebijaksanaan sampai mendapatkan keyakinan yang kuat terhadap apa yang akan kita putuskan untuk disikapi.

5.Perangkat yang mengendalikan driya/politik

Baik sir, budi, cipta dan rasa keempatnya diimplementasikan melalui driya. Atas dasar sir, budi, cipta dan rasa, driya diimplementasikan melalui kebijakan-kebijakan untuk menyiasati kehendak yang diinginkan. Inilah bagiannya fihak yang memiliki pangawasa dalam sebuah negara.

Dasar yang lima ini dapat difahami dari isi surat Al-fatihah yang terdiri atas 7 ayat dengan mengandung 5 gagasan pokok, terlepas dari adanya perbedaan pendapat mengenai redaksi ayat-ayatnya. Ada kalangan yang berpendapat bahwa Al-fatihah dimulai dari Basmalah, ada yang berpendapat dari Alhamdulillahi robbil’alamin dengan Amiin termasuk salah satu ayatnya, tetapi ada juga yang berpendapat ayat ketujuh dimulai dari Ghoiril maghdubi……dengan menyisipkan satu kata yang dianggap hilang dan lain-lain pendapat yang beragam. Tetapi di sini saya mengatakannya bahwa surat Al-fatihah tersebut terdiri atas 26 kata atau setidak-tidaknya 25 kata yang pasti dan 1 yang diperdebatkan, seperti diperdebatkannya seorang Khidir a.s, diantara rosul yang 25, dengan ada yang menganggapnya sebagai seorang rosul, yang lain menganggapnya hanya seorang nabi tetapi bukan rosul dan ada pula yang menganggapnya hanya seorang wali saja dan angka 26 itulah yang menjadi bermakna dalam pembahasan ini. Di sini saya mengambil salah satu pendapat yang menerima Al-fatihah dengan redaksi kalimatnya dimulai dari Al-hamdulillahi robbil’alamin dan diakhiri dengan Amiin sebagai ayat ketujuh. Penulisannya dibuat secara qot’i (terputus-putus) dan angka arab dalam tanda kurung merupakan nomer ayat.



Dari redaksi di atas kalau kita hitung jumlah hurufnya ada 129 tersusun dari ayat 1 (18 huruf), ayat 2 (12 huruf), ayat 3 (12 huruf), ayat 4 (19 huruf), ayat 5 (19 huruf), ayat 6 (44 huruf), ayat 7 (5 huruf) dan jika huruf yang diberi tasdid/siddah (w) dihitung ganda maka jumlah keseluruhan hurufnya terdiri atas 140 karena jumlah tasdid ada 11 serta perhatikan penggalan tiap kata ( // ) pada kata-kata yang memiliki keberartian jumlahnya ada 26 kata. Mari kita perhatikan dengan seksama ayat 6 dan 7 secara esensi merupakan penjelasan dari ayat ke 5.

Sir (rahasia) tertinggi yang lebih populer dengan istilah ma’rifat tidak ada lagi kecuali bisa menyaksikan bahwa memang benar hanya Yang Satulah sebagai pengendali untuk seluruh alam, tidak mungkin ada banyak fihak yang mengatur agar alam tetap terpelihara. Jadi untuk mengatur seluruh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya cukup hanya dengan Yang Satu dimana semua makhluk bergantung kepada-Nya, karena memang seluruh kegiatan akan selalu terpusat kepada-Nya. Pantaslah jika seluruh puji hanya milik-Nya, Tuhan seru sekalian alam.

Budi yang paling memukau tidak akan melebihi dari sifat welas dan asih dalam segala tindakan. Apapun yang diperbuat-Nya akan selalu didasari kasih dan sayang, mengakui hak-hak manusiawi secara adil dan sesuai dengan aturan main (beradab) sekalipun terkadang akan terlihat tidak berbelas kasih di mata awam ketika memperlihatkan keadilan dan kejujuran-Nya dalam menjalankan hukum-hukum-Nya sebagai Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Cipta yang paling realistis dan kesadaran akal yang paling tinggi adalah dapat menerima dan memberikan tempat terhadap adanya perbedaan. Penjelajahan cipta yang paling jauh adalah meyakini adanya satu saat, satu kesempatan dimana semua perbedaan itu dihimpun dan dikumpulkan menjadi satu untuk dihadapkan kepada yang betul-betul satu, suatu hari di akhir nanti, yang hanya Dia yang satu yang akan merajainya.

Rasa penghambaan kepada yang dita’ati merupakan benteng dari kemurkaannya dan cara yang paling sederhana untuk melepaskan rasa takut dari amukannya. Sementara rasa khawatir mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan jika tidak menyandarkan kepada fihak yang lebih kuat dan mandiri adalah siasat jitu untuk memperoleh bantuan dan pertolongan, dan inilah finalnya bagi orang-orang yang ingin diakui keberadaan dalam keterbatasannya sekalipun ia hanya diwakili melalui perantaraan (wasilah). Dua kata “Iyyaka” cukup untuk isyarat layaknya sebuah timbangan yang adil.

Driya atau angen-angen yang selalu dinantikan oleh khalayak adalah keistiqomahan (konsistensi) dalan menjalankan program/cita-cita agar semuanya terwujud, dan cita-cita yang paling agung adalah tercapainya kenikmatan tanpa kehinaan dan kehancuran, serta nikmat yang paling hakiki adalah mendapatkan keadilan dalam menegakkan hak.

Ketuhanan Yang Maha Esa

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kalau kita perhatikan Pancasila, isinya mengandung 26 kata dengan rincian sila pertama 4 kata, sila kedua 5 kata, sila ketiga 2 kata, sila keempat 9 kata dan sila kelima ada 6 kata (4+5+2+9+6). Selanjutnya jika kita hitung jumlah huruf isi dari Pancasila ada 182 dengan rincian sila pertama 20 huruf, sila kedua 29 huruf, sila ketiga 18 huruf, sila keempat 75 huruf dan sila kelima 40 huruf, sementara kalau kita hitung dengan huruf Pancasila itu sendiri (9 huruf) jumlah keseluruhan hurufnya adalah 191 huruf (182+9). Baik angka 182 maupun angka 191, dua-duanya mengisyaratkan kepada jumlah huruf dari ayat kursi (Al-Baqoroh ayat 255) dengan masing-masing dari pendapat yang berbeda. Diriwayatkan suatu saat manusia sempurna yang namanya Muhammad pernah berkata bahwasanya segala sesuatu itu pasti ada puncaknya dan puncak kitabullah itu adalah surat Al-Baqoroh yang didalamnya itu ada satu ayat yang besar dan merupakan penghulu dari segala ayat yang ada, yaitu Allahu lailaha illa huwalhayyulqoyyum………al-ayat.

Andaikata kita telaah angka 191, akan sama halnya dengan penjumlahan 64 dengan 127. Angka 64 ini saya rujuk sebagai jumlah ayat dari surat An-nur sementara 127 diambil dari jumlah ayat surat At-taubat dengan tidak mengikutsertakan 2 ayat terakhirnya karena khusus 2 ayat terakhir dari surat At-taubat tersebut memiliki keberartian tersendiri. Jika dihitung bobot huruf dari 2 ayat terakhir surat At-taubat itu masing-masing adalah 2849 dan 3887, jumlahnya sama dengan 6736. Mari kita ingat-ingat perjalanan sejarah berdirinya Republik ini dengan menyimak peristiwa 17 Agustus 1945 pukul 10 pagi.

“Saya telah minta saudara-saudara hadir di sini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombang aksi untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga pada jaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-henti. Pada jaman Jepang kita nampaknya saja menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan tanah air di dalam tangan kita sendiri.

Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya.

Maka, kami tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah dating saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah Proklamasi kami :


PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l, diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05

Atas nama bangsa Indonesia,

Soekarno-Hatta.

Demikianlah saudara-saudara!

Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita!

Mulai saat ini kita menyusun negara kita : Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, Merdeka kekal dan abadi.

Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu”

Disambut dengan pekikan HIDUP!

Proklamasi terdiri atas 39 kata atau 243 huruf dengan catatan, kata d.l.l; 17; 8; 05 dihitung masing-masing adalah satu kata karena dianggap memiliki satu kesatuan makna, sementara jumlah kata sambutannya adalah 208 kata dan jumlah huruf kata HIDUP adalah 5 huruf. Penghitungan jumlah kata-kata sambutan tidak didasarkan pada penulisannya dalam Ejaan Tempo Doloe karena kata-kata sambutan tersebut diucapkan tanpa teks seperti halnya kata HIDUP, sekalipun ditulis dalam ejaan pada saat itu, tidak menghilangkan keberartian angka 208 karena yang dihitung adalah jumlah kata-katanya, bukan jumlah hurufnya. Namun untuk kata HIDUP dihitung 5 huruf karena penulisannya secara bahasa didasarkan pada keelastisan ejaan untuk sepanjang masa, dan saya ingin memberikan perhatian khusus untuk ini seperti dikhususkannya kata “hayyul qoyyum” pada penghulu segala ayat.

Angka 39 selain mengingatkan kita kepada jumlah kata surat Mu’awidzatain dari salah satu pendapat, juga menggiring ingatan kita kepada ayat 163 dari surat Al-Baqoroh yatu Wailahukum ilahuwwahid la ilaha illa huwarrohmaanurrohim. Ayat ini jika kita hitung terdiri atas 35 huruf dan jika dihitung total dengan menghitung ganda huruf yang bertasdid (4 tasdid), jumlahnya adalah 39 dengan 10 kata. Angka 10 cukup untuk merujuk pada jumlah huruf dari kata Proklamasi.

Tidaklah berlebihan sekiranya beberapa kalangan berpendapat bahwa ayat ini termasuk dari ismul’a’dhom atau sinarnya dari nama-nama Tuhan Yang Agung.

PROKLAMASI//

Kami// bangsa// Indonesia// dengan// ini// menjatakan// kemerdekaan// Indonesia//.

Hal//-hal// jang// mengenai// pemindahan// kekoeasaan// d.l.l,// diselenggarakan// dengan// tjara// seksama// dan// dalam// tempo// jang// sesingkat-//singkatnja.//

Djakarta,// hari// 17// boelan// 8// tahoen// ‘05//

Atas// nama// bangsa// Indonesia,//

Soekarno//-Hatta.

Andaikata kita hitung jumlah huruf dari isi Piagam Jakarta adalah 1258 dengan alinea keempat berisi: “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Jika kita hitung keseluruhan jumlah kata sambutan (208) ditambah dengan jumlah huruf Proklamsi (243) ditambah dengan jumlah huruf isi Piagam Jakarta (1258) ditambah dengan jumlah huruf yang dicetak tebal dalam batang tubuh (730) ditambah dengan jumlah kata dalam batang tubuh (1042) ditambah dengan jumlah huruf yang dicetak tebal dalam Penjelasan (717) ditambah dengan jumlah kata dalam Penjelasan (2533) adalah sama dengan 6731, dan bila ditambah jumlah huruf kata HIDUP (5 huruf) adalah 6736. Dan angka 6736 itu mengisyaratkan pada bobot huruf 2 ayat terakhir surat At-taubat, dan angka 6736 itu sama dengan bila 6666 ditambah dengan 70. Angka 6666 adalah jumlah keseluruhan ayat Al-Qur’an dan 70 adalah jumlah suhuf yang diturunkan kepada Nabi Adam (10 suhuf), Nabi Tsis (50 suhuf), dan Nabi Musa (10 suhuf) sebelum menerima Taurat, sementara 30 suhuf Nabi Ibrohim telah diwakili oleh 6666 Furqonnya Nabi Muhammad. Ini mungkin kenapa Rosul terakhir itu selalu minta diberi shalawat serta salam seperti yang diberikan kepada Nabi Ibrohim, hal ini tertera jelas dalam redaksi shalawat Ibrohimiyah yang sering dibaca pada tasyahud akhir dalam shalat. Angka 30 telah dijabarkan melalui 30 juz, 114 surat, 6666 ayat yang diterima Rosul terakhir.

Bila secara instrumen angka 26 itu dianggap identik dengan yang berangka 191, kemudian angka 191 ini kita tambahkan dengan jumlah huruf isi Pembukaan UUD 1945 (1210), ditambah pula dengan jumlah huruf yang dicetak tebal pada Batang Tubuh (730), jumlah kata pada Batang Tubuh (1042), jumlah huruf yang dicetak tebal pada Penjelasan (717) berikut jumlah katanya (2533) serta digenapkan dengan jumlah huruf teks Proklamasi (243), hasilnya adalah 6666. Sekali lagi saya ingatkan kepada saudara, ini hanya sekedar metode untuk belajar mengenal sabda-sabda Sang Pencipta, bukan untuk membuat sama!

Adapun kalau kita kaji lebih jauh dari unsur yang lima, akan tercipta 9 jiwa yang pokok dengan 7 yang utama, yaitu:

1. amarah,

2. lawamah,

3. syawiyah,

4. mulhimah,

5. muthmainnah,

6. rodiyah,

7. mardiyah,

8. kamilah

9. baliyah nuroniyah

Dalam bahasa lain dapat juga disebut sebagai :

1.Sukma wujud pertama

2.Sukma penerawang

3.Sukma penyakit

4.Sukma pembias

5.Sukma penyedih

6.Sukma tunggal

7.Sukma kesaktian

8.Sukma pengasihan

9.Sukma wujud kedua

Sembilan jiwa ini dirumuskan dalam Penjelasan UUD 1945 mengenai SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA. Hal ini telah diisyaratkan dalam surat Al-Isro ayat 101 : “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa sembilan buah ayat (mu’jizat) yang nyata (tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, taufan, laut dan bukit Thur), maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir’aun berkata kepadanya : “Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir”.”

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

I. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)

II. Sistem Konstitusional

III. Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Die gesante Staatgewalt liegt allein bei der Majelis)

IV. Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah Majelis

V. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat

VI. Menteri Negara ialah pembantu Presiden: Menteri Negara tidak bertanggung-jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat

VII. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah kuat
Menteri-Menteri negara bukan pegawai tinggi biasa

Perhatikan bahwa untuk yang kesembilan terdiri atas dua kemungkinan, baliyah atau nuroniyah, buruk atau baik, gagal atau sukses, celaka atau selamat, Malik (penjaga neraka) atau Ridwan (penjaga surga) jika dikaitkan dengan “SISTEM PEMERINTAHAN ILAHI” yang dilengkapi oleh 8 malaikat lainnya ; Jibril, Mikail, Isrofil, Izroil, Munkar, Nakir, Roqib, dan ‘Atid. Malaikat mungkin akan sama pengertiannya dengan staf dari raja/kerajaan atau Mulk dalam bahasa Arabnya, dan ada satu surat dalam kitabullah yang bernama Al-Mulk yang jumlah huruf keseluruhannya adalah 1434 (1337 huruf + 97 tasdid) dan akan berjumlah 1473 jika kita menjawab ayat terakhirnya :”Katakanlah, “Bagaimana fikiranmu, kalau sumur-sumurmu menjadi kering, siapa yang bisa membuat mata air buat kamu?” dengan pernyataan “Dan Tuhanmulah, Tuhan Yang Satu, yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Rohman lagi Maha Rohim”, ayat 163 dari Al-Baqoroh dan terdiri atas 39 huruf. Angka 1473 ini sama dengan hasil penjumlahan dari jumlah huruf yang dicetak tebal yang terdapat pada Pembukaan (26), Batang Tubuh (730) dan Penjelasan (717).

Berikut adalah jumlah huruf surat Al-Mulk dari ayat 1 sampai dengan 30 secara berturut-turut: 32; 53; 62; 42; 66; 34; 32; 54; 62; 38; 30; 38; 38; 27; 59; 41; 48; 30; 60; 53; 42; 47; 55; 31; 29; 35; 52; 57; 48; 42, dengan jumlah huruf yang bertasdid ada 97.

Dalam bahasa yang umum dimengerti orang, dengan kesederhanaan definisi dan keterbatasan kata-kata, unsur-unsur yang lima sebagai pembentuk manusia yang mengakibatkan manusia memiliki raga, sukma, atma, rasa dan pangawasa, disebutnya sebagai udara, air, tanah, api dan ruh. Masing-masing memiliki tempat yang terkonsentrasi dalam badan manusia yaitu berturut-turut berada pada susu sebelah kiri, dua jari di bawah susu sebelah kanan, otak, ulu hati dan di seluruh badan, serta untuk memelihara kesinambungannya dipupuk oleh empat sehat lima sempurna.

Di alam semesta, unsur yang lima ini masing-masing dalam waktu-waktu tertentu akan memancarkan energi optimum yang bisa diserap oleh makhluk hidup khususnya manusia untuk bekal kesejahteraan hidupnya dan menurut tinjauan para ahli, waktu-waktu tersebut bertepatan dengan waktu untuk melakukan shalat yang lima waktu dalam sehari semalam. Maka barangsiapa yang dapat menguasai seluruh aktivitas lahir batinnya pada saat-saat tersebut untuk berkonsentrasi/khusyu, dia akan dapat melakukan perbaikan-perbaikan pada lahir batinnya dengan cara menyerap energi-energi dari alam ke dalam tubuhnya. Inilah mungkin sebagian dari makna shalat yang menurut bahasanya sama asalnya dengan kata shalawat dari sholu atau sholi yang esensinya sama dengan sejahtera.

Menurut qalam/bahasa, yang lebih menitikberatkan pada pemecahan masalah atau siloka, shalat yang lima waktu dimulai dari shalat isya kemudian subuh, dhuhur, ‘ashar dan maghrib. Sementara menurut sejarah yang lebih menitikberatkan pada perjalanan figur-figur yang berperan dalam menelurkan ide-ide pada pemaknaan instrumentasinya, dimulai dari subuh, ‘ashar, dhuhur, isya dan maghrib. Sedangkan menurut alam dimulai dari dhuhur, ‘ashar, maghrib, isya, dan subuh, hal ini dikaitkan dengan kebolehjadian kelima unsur pembentuk manusia menempati keberadaannya. Dari beberapa peluang yang ada, saya hanya mengambil tiga kemungkinan :

Keberadaan shalat yang lima waktu dari sudut sejarah :

Shalat Subuh ; sinar kosmik (udara) ; wujud ; Wage (lara badan)

Shalat ‘Ashar ; hidrogenium (air) ; cai ; Kliwon (halangan)

Shalat Dhuhur ; Karbon (tanah) ; bali ; Legi (catur/pembicaraan)

Shalat Isya ; oksigen (api) ; cahya ; Pahing (rezeki)

Shalat Maghrib ; nitrogen (ruh) ; hawa ; Pon (selamat)

Keberadaan shalat yang lima waktu dari sudut qalam/bahasa :

Shalat Isya ; sinar kosmik (udara) ; wujud ; Legi (catur/pembicaraan)

Shalat Subuh ; hidrogenium (air) ; cai ; Pahing (rezeki)

Shalat Dhuhur ; Karbon (tanah) ; bali ; Pon (selamat)

Shalat ‘Ashar ; oksigen (api) ; cahya ; Wage (lara badan)

Shalat Maghrib ; nitrogen (ruh) ; hawa ; Kliwon (halangan)

Keberadaan shalat yang lima waktu dari sudut alam :

Shalat Dhuhur ; sinar kosmik (udara) ; wujud ; Pon (selamat)

Shalat ‘Ashar ; hidrogenium (air) ; cai ; Wage (lara badan)

Shalat Maghrib Karbon (tanah) ; bali ; Kliwon (halangan)

Shalat Isya ; oksigen (api) ; cahya ; Legi (catur/pembicaraan)

Shalat Subuh ; nitrogen (ruh) ; hawa ; Pahing (rezeki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar